Makna Dari Puisi Perahu Kertas Karya Sapardi Djoko Damono

Makna Dari Puisi Perahu Kertas Karya Sapardi Djoko Damono

Puisi Perahu Kertas Sapardi Djoko Damono

TRIBUNJATENG.COM - Puisi Perahu Kertas Sapardi Djoko Damono:

Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertasdan kaulayarkan di tepi kali; alirnya sangat tenang,dan perahumu bergoyang menuju lautan.

“Ia akan singgah di Bandar-bandar besar,” kata seoranglelaki tua. Kau sangat gembira, pulang denganberbagai gambar warna-warni di kepala. Sejak itukau pun menunggu kalau-kalau ada kabar dariperahu yang tak pernah lepas dari rindumu itu.Akhirnya kaudengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya,“Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuahBanjir besar dan kini terdampar di sebuah bukit”

Puisi memiliki keajaiban lewat setiap kata yang akan membawa kita pada satu perjalanan melintasi lautan kata yang penuh perasaan, menuju ruangan imajinasi yang tidak ada batasnya. Dalam perjalan puisi ini, penggambaran yang khas menuju pada puisi Perahu Kertas ciptaan Sapardi Djoko Damono seorang “Penyair Suasana” yang nantinya akan membawa kita memasuki dunia perasaan lewat bait-bait kata yang indah.

Kumpulan puisi Perahu Kertas karya Sapardi Djoko Damono merupakan terbitan puisi pada taahun 2018. Lewar judulnya, “Perahu Kertas” mengambarkan petualangan literasi yang unik. Perahu yang digambarkan sebagai metafora perjalanan hidup, sedangkan kertas digambarkan sebagai media jejak perasaan.Seperti pada judulnya, di dalam buku Sapardi tersebut terkandung 42 sajak yang memiliki judul khas mengenai penggambaran masa kanak-kanak yang memiliki jiwa khayalan yang tinggi. Tetapi jika diulik lebih dalam, puisi Sapardi ini memiliki makna renungan mendalam tentang manusia.

Dalam penulisan puisinya, Sapardi sangat terampil dalam memilih kata yang sederhana namun memiliki makna mendalam, Sehingga saat kita membaca puisi-puisinya terasa begitu akrab oleh alat indra kita. Contoh saja dalam puisi Telinga (hal 1 ) dalam bait “ia digoda masuk ke telinganya sendiri agar bisa mendengar apapun secara terperinci—setiap kata, setiap huruf, bahkan letupan dan desis yang menciptakan suara” bait diatas memiliki makna untuk memahami diri sendiri maupun orang lain. Karena telinga adalah alat indra yang kita gunakan untuk memahami bagaimana seseorang tersebut lewat tutur kata atau juga memahami diri sendiri lewat tutur kata kita juga.

Seperti dalam Sajak Bunga 1 dibaitnya, Bahkan bunga rumput itu pun berdusta. ia kembang di sela-sela geraham batu-batu gua pada suatu pagi dan malamnya menyadari bahwa tak nampaj apapun dalam gua itu dan udara ternyata sangat pekat dan tercium bau sisa bangkai dan mendenegar seperti ada embik terpataj dan ia membayangkan hutam terbakar dan setelah api—Teriaknya “itu  semua pemandangan bagi kalian saja, para manusia. Aku ini si bunga rumput; pilihn dewata!” imaji lihatan dalam puisi ini,  Sapardi seperti “memerangkap” pembacanya untuk ikut dalam daya imajinasinya yang begitu sederhana  Dimana bunga rumput digambarkan layaknya manusia yang berdusta. gambaran dalam bait tersebut, menggambarkan manusia yang tidak mau dianggap remeh. Walaupun kita sudah melihat realitas mereka, tetap tidak meluluhkan hati mereka untuk mengakui sebuah kekalahan.

Terdapat juga majas paradoks dalam sajak Kukirinkan Padamu di baitnya aku, tentu saja, tak ada di antara mereka. Namun ada  menggambarkan sebuah kenangan. Ketika seseorang tersebut tidak ada disamping kita, hanya kenangannya yang dapat mengobati rasa rindu kita kepadanya seperti pada bait kukirimkan padamu kartu pos bergambar, istriku,  Dimana dalam baitnya ia begitu detail menggambarkan kartu pos yang ia kirimkan ke istrinya agar kartu pos tersebut dapat menjadi ciri khas akan dirinya. karena definisi kenangan adalah sesuatu hal tentang seseorang

Setiap sajak yang dibawakan Sapardi memiliki filososf yang mendalam terlebih sifat-sifat manusia. Malalui bait yang sarat ini, penulis menyelipkan renungan mendalam menganai perjalanan hidup. Tiada manusia yang sempurna, tetapi kita bisa menjadi insan yang terus baik di perjalanan hidup kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Lihat Book Selengkapnya

Artikel ini membahas tentang klasifikasi makna dan nilai yang terkandung dalam puisi ‘Perahu Kertas’ karya Sapardi Djoko Damono. Klasifikasi makna dalam artikel ini yaitu mengenai pilihan dari diksi-diksi yang dirasa menarik serta pembahasan arti dari diksi tersebut, pemaknaan ini juga ada kaitannya dengan larik yang terkait. Selain itu, artikel ini juga membahas mengenai makna dari larik pada puisi ‘Perahu Kertas’, menemukan nilai-nilai yang terkandung.  Pembahasan puisi ‘Perahu Kertas’ ini juga berkaitan dengan sejarah, dalam artikel ini akan menjelaskan mengenai nilai sejarah. Dengan adanya pembahasan ini, akan membuat pembaca bertambah wawasan, menumbuhkan sifat ingin tahu mengenai makna dari diksi yang ada disekitarnya. Selain itu, dengan adanya identifikasi nilai dapat membantu pembaca dalam menikmati puisi yang dibaca, meningkatkan perasaan agar menjadi lebih peka terhadap sekitar, meningkatkan semangat perjuangan dalam diri, menghargai sejarah dan mengetahui betapa pentingnya sejarah serta nilai rasa pada suatu karya sastra, salah satunya adalah puisi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, berfokus pada pengamatan yang mendalam, analisis, menghasilkan kajian atas fenomena, dan sumber data berdasarkan lingkungan alamiah. Penelitian kualitatif dapat menggambarkan dengan baik secara realistis mengenai kehidupan sehari-hari. Metode yang digunakan adalah deskriptif yang menggambarkan masalah yang terjadi pada masa lalu,masa sekarang, yang sedang berlangsung, dan masa depan. Hal ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal yang semestinya terjadi serta mendeskripsikan fakta atau realita yang berkaitan dengan isi dari puisi. Dengan metode deskriptif pun akan mempermudah dalam menjelaskan hal-hal yang transparan atau kurang jelas.

MENGANALISIS PUISI PERAHU KERTAS KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO DAN PUISI JIWA KARYA ISMA SAWITRI

Puisi merupakan salah satu genre sastra yang memiliki bentuk yang khas, unik, dan lazim menggunakan bahasa yang relative lebih padat dan lebih stabil di banding genre sastra lainnya, seperti cerpen, novel, maupun drama. Puisi juga merupakan struktur yang kompleks. Struktur yang di maksud adalah susunan unsur-unsur yang memiliki system yang antara unsur-unsurnya yang terjadi timbal balik. Pendekata yang di anggap sesuai di gunakan untuk menelaah hubungan antar unsur tersebut adalah pendekatan structural, sebuah pendekatan yang memandang teks sastra, khususnya puisi, sebaagai suatu objek yang di bangun oleh berbagai unsur yang saling berhubungan.

1.Bagaimana menganalisis puisi “ Perahu Kertas “ karya Sapardi Djoko Damono

2. Bagaimana menganalisis puisi “ Jiwa ” karya Isma Sawutri

1 Menganalisis puisi “ Perahu Kertas “ karya Sapardi Djoko Damono

2. Menganalisis puisi “ Jiwa ” karya Isma Sawutri

PERAHU KERTAS ( Sapardi Djoko Damono )

Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas

dan kau layarkan di tepi kali; alirnya sangat tenang,

dan perahumu bergoyang menuju lautan.

“Ia akan singgah di Bandar-bandar besar,”kata seorang

lelaki tua. Kau sangat gembira, pulang dengan

berbagai gambar warni-warni di kepala. Sejak itu

kau pun menunggu kalau-kalau ada kabar dari

perahu yang tak pernah lepas dari rindumu itu.

Akhirnya kau dengar juga pesan si tua itu, Nuh, Katanya,

“Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuah

Banjir besar dan kini terdampar di sebuah bukit”

Sewaktu masih (kecil) kau membuat perahu dari kertas. Perahu itu dilayarkan di tepi kali yang airnya sangat tenang. Angin menggoyangkan perahu itu, lalu membawanya hingga ke laut lepas.

Seorang lelaki tua yang melihat perahu itu mengatakan bahwa perahu itu akan singgah di pelabuhan-pelabuhan besar dan ramai. Kau lirik sangat gembira mendengar berita itu. Dengan perasaan bahagia dan senang kau lirik pulang kerumahnya. Sejak saat itu kau lirik selalu menunggu kabar tentang perahu yang selalu ada dalam ingatanya. Akhirnya kau lirik mendengar juga kabar dari seseorang yang sangat tua, Nuh, namanya. Kata lelaki tua itu, perahu itu sudah di pergunakan untuk menyelamatkan manusia dan makhluk hidup lainnya dalam sebuah banjir besar. Sekarang perahu itu terdampar di sebuah pulau.

Masa kecil merupakan masa paling indah untuk di kenang. Di waktu kecil manusia melakukan sesuatu sesuai dengan hati nurani tanpa di pengaruhi unsur lain. Semua di lakukan dengan penuh keikhlasan& kepolosan. Ketika dewasa, pasti mengalami kerinduan akan masa kecil yang penuh dengan kegembiraan

Perahu kertas merupakan lambang pengapdian manusia kepada Tuhan. Manusia melakukan sesuatu yang diperintahkan Tuhan, tapi belum tentu semua yang dilakukan itu di terima oleh Tuhan, Semua tergantung niat. Ibarat sebuah perahu yang berlayar di lautan lepas, angin dan gelombang sangat menentukan sampai tidaknya perahu itu ketujuan.

Dalam puisi ini penyair berusaha menyampaikan bahwa pengabdian manusia kepada Tuhan atau sesama haruslah seperti sikap seseorang anak dalam puisi di atas, polos, ikhlas dan suci. Pengabdian yang di lakukan harus dilandasi oleh niat yang tulus. Juga harus membersihkan diri dari napsu duniawi.

Penyair juga menyertakan kisah-kisah masa lampau atau cerita-cerita rakyat dalam puisi ini. Dalam perahu kertas kekhasan itu terdapat dalam usaha penyair memasukkan kisah Nabi Nuh ketika menggunakan perahu untuk menyelamatkan umat manusia dari banjir besar sebagai latar puisi.

Tema : Tema dari puisi ini adalah tema agama.

Amanat : beramanat mengenai ke ikhlasan.

JIWA ( Isma sawitri )

Risau apa yang mengiringi langkahku

ke senja yang pucat ini

Risau apa yang barangkali membawaku kembali

ke pesanggrahan terpencil ini

bangsal itu masih temaram

langit langit tinggi, gamelan yang diam

patung patung dalam tat ruang

yang begitu kuhafal begitu kukenang

Dan di atas di ceruk sana

bingkai jendela begitu rendah

beberapa anak tangga di bawahnya

angkah langkah tergesa

hidup kian tak terduga

Risau apa yang mengiringi langkah ( kau ) ke jalan setapak ini ( di saat ) senja yang pucat ini.

Risau apa yang barangkali membawa ( aku ) kembali ke pesanggrahan ( yang ) terpencil ini. Bangsal itu masih temaram( , ) langit langit ( yang ) tinggi, gamelan yang diam ( dan ) patung patung dalam tat ruang yang begitu ( aku ) hafa ( dan ) begitu ( aku ) kenang.

Dan di atas di ceruk sana ( ada ) bingkai jendela ( yang ) begitu rendah (serta ) beberapa anak tengga di bawahnya angkah langkah tergesa dan sesudahnya hidup kian tak terduga.

Bahwa di dalam kehidupan yang sedang kita jalani terutama pada peristiwa-peristiwa yang telah kita lalui,pasti meninggalkan banyak kenangan. Setiap jam, setiap detik , yang kita lalui setiap benda maupun tempat masa lalu yang memberikan kenangan kepada kita tersebut pasti akan tetap terpatri pada pikiran kita. Seperti pada ungkapan “ Risau apa yang membawaku kembali ke pesanggrahan terpencil ini “

Sementara itu kehidupan yang kit jalani saat ini jauhlah berbeda dari masa yang telah kita lalui dulu. Seperti pada ungkapan “…dan sesudahnya hidup kian tak terduga “

Tema : mengenai kehidupan seseorang.

Amanat : jangan menyesali sesuatu yang telah terjadi dahulu.

Dalam puisi pertama penyair berusaha menyampaikan bahwa pengabdian manusia kepada Tuhan atau sesama haruslah seperti sikap seseorang anak dalam puisi di atas, polos, ikhlas dan suci. Pengabdian yang di lakukan harus dilandasi oleh niat yang tulus. Juga harus membersihkan diri dari napsu duniawi.

Sedangkan dalam puisi kedua bahwa di dalam kehidupan yang sedang kita jalani terutama pada peristiwa-peristiwa yang telah kita lalui,pasti meninggalkan banyak kenangan. Setiap jam, setiap detik , yang kita lalui setiap benda maupun tempat masa lalu yang memberikan kenangan kepada kita tersebut pasti akan tetap terpatri pada pikiran kita.

Djoko Pradopo, Rahmat. 1995. Beberapa Teori Sasatra Methode Kritik dan Penerapannya. Pustaka Pelajar: Yogyagarta.

Prof. Dr. Sapardi  Djoko Darmono atau yang biasa di panggil Pak SDD adalah seorang sastrawan yang berasal dari Surakarta  dan dikenal oleh Masyarakat lewat berbagai Puisinya karena puisi karya Eyang Sapardi menggunakan kata-kata yang sangat sederhana bahkan beberapa puisi karya Eyang Sapardi pun sangat populer. Beliau lahir di Surakarta pada tanggal 20 Maret 1940. Karya-karya Eyang  Sapardi banyak sekali salah satunya Puisi.

Puisi merupakan suatu karya sastra yang berupa ungkapan hati dan dikemas dalam bahasa yang imajinatif dan disusun dengan kata-kata penuh makna.  Dalam karya sastra pasti terdapat makna yang terkandung dalam sebuah puisi dan setiap puisi pasti mempunyai arti yang sangat indah termasuk pada puisi perahu kertas bahkan karya-karya eyang sapardi selalu dijadikan apresiasi untuk musikalisasi puisi.

Puisi eyang sapardi pun memiliki banyak sekali karya-karya yang dapat dinikmati sehingga mahasiswa yang menggunakan karya beliau untuk musikalisasi puisi dimaksudkan untuk menghormati karya-karya beliau sepanjang zaman.

Menurut Waluyo (dalam Dani, 2013:9) Puisi adalah sebuah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat dan diberi rima dengan bunyi yang padu dan bahasa yang bersifat imanjinatif. Tujuan puisi agar bisa menjadikan media untuk mengkritik kehidupan sosial.

Puisi ini memiliki makna yang menggambarkan tentang tingkat keimanan seseorang terhadap tuhan mengenai ketulusan dan keikhlasan serta sikap seorang anak yang menunggu kabar dari Perahu yang tak pernah lepas dari Rindu-mu dan sikap seorang anak beserta Nabi Nuh yang percaya bahwa oerahu kertasnya sudah dipergunakan untuk menyelematkan semua makhluk hidup dari bencana besar.

Berikut ini merupakan syair puisi karya Supardi Djoko Damono yang berjudul “Perahu Kertas”

Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertasdan kaulayarkan di tepi kali; alirnya sangat tenang,dan perahumu bergoyang menuju lautan.“Ia akan singgah di Bandar-bandar besar,” kata seoranglelaki tua. Kau sangat gembira, pulang denganberbagai gambar warna-warni di kepala. Sejak itukau pun menunggu kalau-kalau ada kabar dariperahu yang tak pernah lepas dari rindumu itu.Akhirnya kaudengar juga pesan si tua itu, Nuh, katanya,“Telah kupergunakan perahumu itu dalam sebuahBanjir besar dan kini terdampar di sebuah bukit

Dalam puisi ini tidak menggunakan bentuk dan Rima seperti yang sudah dijelaskan Oleh Waluyo, namun lebih mengedepankan pada Teori yang pernah di kemukakan oleh Waluyo karena agar bisa mengetahui apa isi dari Puisi tersebut serta memahami apa hubungan antara unsur pembangun Puisi Perahu Kertas. Di dalam puisinya, Eyang Sapardi menjelaskan bahwa jiwa yang ada pada anak-anak penuh dengan khayalan.

Dalam larik, “Waktu masih kanak-kanak kau membuat perahu kertas dan kau layarkan di tepi kali” mengibaratkan bahwa perahu itu adalah sebuah cita-cita dan angan-angan besar yang diimpikan dan diinginkan oleh seorang anak. Menghubungkan dengan kisah Nabi Nuh yang terdampar di sebuah bukit dan perahunya tenggelam karena banjir bandang yang besar. Seperti yang terdapat dalam Larik ini bahwa Imajinasi bisa benar-benar menjadi kenyataan agar ingin berusaha siapapun pasti bisa melakukannya. Oleh karena itu Sapardi dengan imajinya menghubungkan sebuah sejarah dengan angan-angan seorang anak.

Maka Hal ini menunjukkan bahwa, dongeng yang disampaikan dapat menjadikan seseorang untuk berimajinasi seperti yang ada di dalam dongeng. Kisah sejarah juga dapat memberikan motivasi  untuk memiliki keinginan yang sama dengan yang ada di dalam sejarah atau cerita. Oleh sebab itu, harus memberikan bacaan yang mendidik karena ingatan manusia di usia anak-anak itu sangat kuat. Dan ia akan menganggap apa yang diceritakan oleh orang yang lebih tua darinya adalah sesuatu yang benar dan indah.

Gramedia Pustaka Utama, 19.02.2018 - 100 Seiten

Di Tangan Anak-anak Di tangan anak-anak, kertas menjelma perahu Sinbad yang tak takluk kepada gelombang, menjelma burung yang jeritnya membukakan kelopak-kelopak bunga di hutan; di mulut anak-anak, kata menjelma Kitab Suci. “Tuan, jangan kauganggu permainanku ini.” *** Perahu Kertas pertama kali terbit pada tahun 1983. Buku ini memuat puisi-puisi Sapardi Djoko Damono yang selalu dikutip dan dibacakan di setiap waktu, di antaranya puisi Yang Fana Adalah Waktu, Tuan, Sihir Hujan, Hatiku Selembar Daun, dan Metamorfosis.

YULIUS KRISTANTO (2024) ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA PERAHU KERTAS KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO. Skripsi thesis, UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Karya puisi Sapardi Djoko Damono yang terbit pada tahun 1983 adalah kumpulan puisi Perahu Kertas. Salah satu pertimbangan peneliti memilih karya ini sebagai objek pene 1 it ian yaitu bahwa Perahu Kertas pernah mendapat penghargaan seni tiga kali. Dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada pendekatan struktural-semiotik, yang diharapkan akan menjawab dua pertanyaan mendasar tentang bagaimana struktur puisi dan makna dari sistem tanda pada Perahu Kertas melalui analisis struktur tersebut, maka terungkap stuktur-struktur pu1s1 Perahu Kertas yang meliputi tipografi, bunyi, dan bahasa puisi. Kumpulan puisi ini didominasi oleh puisi yang bertipografi seperti bentuk prosa, dan hal ini berfungsi untuk menciptakan suatu kesederhanaan bentuk. Bunyi terdiri dari rima awal, tengah, akhir, asonansi, aliterasi, efoni, dan kakofoni, yang berfungsi memberikan orkestrasi dan daya ekspresi tertentu pada pu1s1. Sedang bahasa puisi meliputi diksi, bahasa kiasan, citraan, dan sarana retorika, yang mempunyai fungsi menciptakan suasana puisi yang lebih hidup, terang, segar, nyata, untuk mendapatkan kelancaran ucapan, kepuitisan, dan intensitas tertentu.

Actions (login required)

%PDF-1.6 %���� 272 0 obj <> endobj 288 0 obj <>/Encrypt 273 0 R/Filter/FlateDecode/ID[<5D02DB7DC34F4840A511981F9C493356>]/Index[272 36]/Info 271 0 R/Length 82/Prev 1801457/Root 274 0 R/Size 308/Type/XRef/W[1 3 1]>>stream h�bbd```b``��7A$�"0��"�4@$���&����|$9�΂����L����30Ҝ�����=@� �,F endstream endobj startxref 0 %%EOF 307 0 obj <>stream ���W@�&�O�=EX��?��2��N,U5�Hl �<�-7Z�W f3��_�a �ݞ�9_* i�Q4�<8�'+̔�J;~��k/��}�pױ剳՝��G!j-j�/ӄ����Ĝ��jg^ٳ����O�U=���a���4 }���j�ϵ�90�[�'��}�'vX���yiW�H����`�l��:�ɡ J���Ju���F-F�H�#���Bu�#�z�KV�kH���fe�r�;%��Z� endstream endobj 273 0 obj <>>>/Filter/Standard/Length 128/O(�\n��;�}����E\\��q�8e�Za�@[��NG)/P -3392/R 4/StmF/StdCF/StrF/StdCF/U(� ›Vw��l��\(Sp )/V 4>> endobj 274 0 obj <>/OCGs[290 0 R]>>/Outlines 256 0 R/Pages 262 0 R/Type/Catalog>> endobj 275 0 obj <>/Font<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB]/XObject<>>>/Rotate 0/Type/Page>> endobj 276 0 obj <>stream ��!�J���I��q��e��\H�:�~�; ��W��כ"0��E-���&C~�,�(1%x5�xޒ�ǜ�IH�-6��(O�e !}?I�X��(s��\���57'ZL�?$��Ω�β�D ^�a��[٬,.ٻ%�*.����ή��=G!IQL~��V�>ȣ�pL� à�l��Rf�{|uۣQb,���XwpK��KhϜi/��6&]b� G�� ��12�7�/C�?Wŭ�d�(�;U�^���ċ~� Z��օhE�n�g e���#F�x�e����Q.�RC@�ca!h"��I ӞIc�눲�[���-��5�" ��1�(�c�3�v�H���/���B��I�{���9�t�D,DC��\w(��kӡ�oa7�H��o�C��b�H�)y�ɀ��3�ͨ XG/��r"�HPH�L*wxm �k*��S�T]kA�t/D�,ƽ�yK���su�h���6�ʞ?*�m ��wO��mT��N�J��2B�>[#$F��<�l~����?hm{.y�����de1���U"ycK����2ϧl�<��м�6*��s���_K�d�6;���%T���tC�X�D�lT 䍚�Y�28#��O����A��N�(�T��Q�}&ۻ ���m�[WMq"X�?<��F]k����>'rH ���^r��]ق2P�u�XA�N���4�X�������*Y9*�\��J�`����Ig�ҜN��x:��6'�d����Ŗ�^G�^B�$)b(��'��m�ͨ/���x�J�i�1-N+Q�#����A?J� endstream endobj 277 0 obj <>stream {#���m�^�U�/R�B�T��=)v3ّ=����Ě?�f�cS�-��Ņg Љ�9���yY1�W,���1 ����|)cAA\F?��B�c[��Y�s'�PkM �yg�?�t�Zfmy�LGp2h��u�s�:����J>�㝠�؟[���1��Wc�Gƌ��7n+.�5T�}����?j����Ci@ �~������+AHG6�"�t�����Ň���d��_h~ ��h Yv��n�4T�4U�H`!�A*i71_]ݵG8�^ɵ)`�������˚9J+�FID�� "�ә]��a|xTݒ���� ����S�v����e/~�����Ѥ�gE�����q%�}��PP�\��$-����l�P!}��97F�-]�x*rd6��������hׯ�Xc�Sׅ�.�ec@F�R������/(��[�������4�_�\���6T�:�V$�ԃ